Langkah Praktis Budidaya Ikan Nila Dengan Sistem Bioflok yang Efisien
Ir. Rina Kartika, M.Pi
10/21/20253 min read


Pengenalan Budidaya Ikan Nila
Budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) semakin diminati karena pertumbuhannya cepat, tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan, dan memiliki nilai jual yang stabil. Salah satu metode yang terbukti efisien untuk meningkatkan produktivitas dan menekan biaya operasional adalah sistem bioflok.
Sistem ini memanfaatkan aktivitas mikroorganisme untuk mengubah limbah organik di kolam seperti sisa pakan dan kotoran ikan menjadi flok, yaitu kumpulan bakteri dan partikel organik yang bisa dimakan kembali oleh ikan. Hasilnya, kolam menjadi lebih bersih, pakan lebih efisien, dan pertumbuhan ikan meningkat secara signifikan.
Berikut langkah-langkah praktis dalam menerapkan sistem bioflok untuk budidaya ikan nila:
1. Persiapan Kolam dan Peralatan
Kolam yang digunakan sebaiknya berbahan terpal atau beton, dengan kedalaman minimal 1β1,2 meter agar proses sirkulasi dan pembentukan flok berjalan optimal.
Pastikan setiap kolam memiliki aerasi yang kuat dan merata, karena oksigen adalah kunci hidupnya bakteri heterotrof yang membentuk flok.
Peralatan yang perlu disiapkan:
Blower atau aerator utama dengan pipa cabang untuk distribusi udara.
Selang aerasi dan batu aerasi di setiap titik kolam.
Probiotik (untuk bakteri pengurai).
Sumber karbon seperti molase, dedak halus, atau tepung tapioka.
pH meter, DO meter, dan test kit amonia untuk pemantauan kualitas air.
Sebelum diisi air, bersihkan kolam dari kotoran atau bahan kimia, lalu isi hingga 60β70% kapasitas.
2. Persiapan Air dan Pembentukan Bioflok
Tahap ini adalah jantung dari sistem bioflok. Air harus βdihidupkanβ terlebih dahulu dengan menumbuhkan populasi bakteri heterotrof.
Langkah-langkahnya:
Tambahkan probiotik sesuai dosis (biasanya 5β10 ml per mΒ³ air).
Masukkan sumber karbon (molase) sebanyak 250β300 ml per mΒ³ air untuk mempercepat pertumbuhan bakteri.
Nyalakan aerasi terus-menerus selama 5β7 hari tanpa ikan.
Biarkan flok tumbuh alami hingga air berubah warna menjadi kecokelatan atau keabu-abuan, tanda bakteri dan plankton sudah aktif.
Saat flok sudah terbentuk, kadar amonia biasanya menurun dan air tidak berbau. Itu tanda ekosistem bioflok mulai stabil dan siap untuk tahap berikutnya.
3. Penebaran Benih Ikan Nila
Gunakan benih ikan nila sehat dan seragam ukurannya (5β8 gram per ekor).
Sebelum ditebar, lakukan aklimatisasi agar ikan tidak stres terhadap perbedaan suhu dan pH.
Kepadatan ideal pada sistem bioflok:
80β120 ekor/mΒ³ tergantung kekuatan aerasi dan luas kolam.
Benih ditebar saat flok sudah terbentuk dengan stabil. Jangan langsung beri pakan berlebihan pada hari-hari awal β biarkan ikan menyesuaikan diri sambil memanfaatkan flok yang sudah ada di kolam.
4. Manajemen Pakan dan Rasio C/N
Salah satu keunggulan utama bioflok adalah kemampuannya mengurangi kebutuhan pakan buatan hingga 20β30%.
Namun, agar sistem tetap stabil, pembudidaya harus menjaga rasio karbon dan nitrogen (C/N) pada kisaran 15β20:1.
Untuk itu:
Setiap kali memberi pakan, tambahkan sumber karbon (seperti molase) agar keseimbangan tetap terjaga.
Gunakan pakan berprotein 25β28%, karena protein tinggi justru meningkatkan amonia.
Pemberian pakan dilakukan sedikit tapi sering (3β5 kali per hari) agar tidak ada sisa pakan yang menumpuk.
Sisa pakan yang tidak dimakan harus segera dikontrol, karena bisa mengganggu kestabilan bioflok dan menaikkan kadar amonia.
5. Pemantauan Kualitas Air dan Kondisi Ikan
Kualitas air menjadi indikator utama dalam keberhasilan sistem bioflok.
Parameter ideal yang perlu dijaga:
pH: 6,5 β 8,0
DO (oksigen terlarut): > 4 mg/L
Amonia (NHβ): < 0,5 mg/L
Suhu: 26β30Β°C
Selain itu, perhatikan perubahan warna air:
Warna kecokelatan muda β flok aktif dan sehat.
Warna kehitaman pekat β flok terlalu padat, perlu dikurangi.
Warna kehijauan β dominasi alga, kurangi intensitas cahaya dan tambah karbon.
Jika flok terlalu tebal, buang sebagian air kolam (10β20%) dan gantikan dengan air baru yang sudah diendapkan.
6. Pengelolaan dan Panen
Dalam kondisi ideal, ikan nila bisa dipanen dalam waktu 3,5β4,5 bulan, tergantung ukuran target.
Panen sebaiknya dilakukan secara bertahap untuk menjaga stabilitas sistem bioflok yang masih berjalan.
Sebelum panen besar, lakukan grading untuk memisahkan ikan kecil dan besar, sehingga pertumbuhan bisa lebih merata. Setelah panen, sisa flok bisa tetap dimanfaatkan cukup stabilkan kembali dengan probiotik dan aerasi sebelum siklus berikutnya.
Kesimpulan
Sistem bioflok bukan hanya sekadar cara baru dalam budidaya ikan nila, tapi transformasi cara berpikir dalam pengelolaan ekosistem kolam.
Dengan memahami proses biologis di dalamnya dari pembentukan flok, rasio C/N, hingga manajemen pakan pembudidaya bisa menekan biaya, mempercepat pertumbuhan ikan, dan menjaga kualitas air tanpa bergantung pada pergantian air besar-besaran.
Langkah-langkah di atas telah terbukti efektif di berbagai lokasi budidaya nila modern.
Kuncinya ada pada konsistensi aerasi, keseimbangan nutrisi, dan pemantauan rutin.
Jika dikelola dengan benar, sistem bioflok bisa menjadi kunci menuju budidaya nila yang efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

Silakan menghubungi kami untuk konsultasi dan informasi lebih lanjut.
Bantuan
Gmail: admin@pesonalelegroup.com
WA: +62 821-1303-9090
Β© 2025. All rights reserved.
OUR SERVICE
kontak
